CAKRAWALA MUSLIM – Semakin maraknya praktik politik uang di masyarakat luas, membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Gresik memandang perlu, untuk mengadakan diskusi, dan mencari jalan keluar terbaik bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.
Hal itu dimanifestasikan dengan membuat Focus Group Discussion (FGD) yang mengangkat tema Menolak Serangan Fajar, dengan mengundang akademisi, tokoh masyarakat, budayawan, politisi, serta penyelenggara pemilu, di Kantor MUI Gresik, Selasa (17/10/2023).
Dalam sambutannya, Ketua Umum MUI Gresik KH Mansoer Shodiq menerangkan, bahwa FGD ini dalam rangka ikut merasakan keprihatinan dari masyarakat, terkait dengan maraknya serangan fajar.
“Sudah banyak kejadian, disaat Pemilu usai, dan banyak juga yang berharap jadi, ternyata tidak terpilih, alhasil yang bersangkutan jadi pasien psikiater, antara lain sebabnya adalah serangan fajar yang hanya beberapa menit itu, besar harapan kami, agar berkumpulnya para tokoh Gresik ini, untuk mencari solusi atas masa depan demokrasi bangsa kita,” tutur Kiai Mansoer.
Kemudian FGD dilanjutkan dengan paparan materi oleh Ketua MUI Gresik Bidang Dakwah Prof Dr H Abdul Chalik, yang juga merupakan Guru Besar Ilmu Politik Islam dan Dekan FISIP UINSA Surabaya.
Prof Chalik memulai diskusi dengan menyuguhkan data, bahwa kenyataan demokrasi Indonesia saat ini masih berkutat pada demokrasi prosedural.
“Kedepan harusnya terus dikejar demokrasi substansial, yaitu proses demokrasi yang bisa melahirkan pemimpin yang benar-benar bisa menyejahterakan rakyat,” jelas Prof Chalik.
Kenapa sejak pasca reformasi sampai sekarang hanya demokrasi prosedural, lanjut Prof Chalik, karena demokrasi kita saat ini cenderung fokus pada kandidasi.
“Sementara di negara-negara maju, kandidat tetap menjadi salah satu faktor, namun faktor penentu adalah sistem. Konsekuensinya di demokrasi Indonesia adalah yang punya popularitas dan figuritas tinggi yang dipandang oleh Parpol,” terang Guru Besar UINSA tersebut.
Problem yang lahir dari fokus kandidasi, lanjut Prof Chalik adalah, orang-orang yang punya ‘tas besar’, tanpa dibarengi dengan kualitas akan terpilih.
Pandangan Para Politisi
Hadir Ketua DPC PKB Gresik sekaligus Ketua DPRD Gresik H Much Abdul Qodir dan mengiyakan stagnannya indeks demokrasi kita, yang salah satu faktornya adalah money politics.
“Jadi memang rusaknya sistem karena politik uang ini luar biasa, banyak kader-kader di bawah yang punya kualitas mumpuni, tapi pikir-pikir lagi untuk nyaleg, karena problem modal tadi, kami berharap MUI terus bersuara melawan serangan fajar, agar yang terpilih adalah orang-orang yang benar-benar punya kompetensi dan kualitas.” jelasnya.
Kemudian Ketua DPC Gerindra Gresik dr Asluchul Alif juga menawarkan solusi, atas fakta penurunan kualitas para legislatif, yang salah satu faktornya adalah politik uang.
“Jadi MUI Gresik kedepan bisa ikut andil, untuk meningkatkan kapasitas 50 anggota DPRD Gresik, dengan santuhan-sentuhan MUI, baik spiritual maupun ilmu, untuk diterapkan di Gedung Dewan,” jelas dr Alif.
Hadir pula Ketua DPC PPP H Khoirul Huda, menyampaikan bahwa harapan itu ada, karena ada sebagian masyarakat yang masih berprinsip kuat.
“Yang ingin saya catat, peran Kiai ini sangat penting, masyarakat masih punya rasa takut, minimal akan mengurangi, karena ketaatan masyarakat pada Kiai, terutama Gresik masih sangat besar,” jelas H Huda.
Sementara Anggota DPRD Gresik Fraksi Nasdem Musa, mengatakan bahwa politik uang ini bisa dikurangi di semua level.
“Masyarakat sesungguhnya mendambakan legislatif yang memang pro dan peduli, serta mendesain masa depan mereka. Kami di Bawean membina 1.000 petani, dengan program yang manfaatnya langsung mereka rasakan, dan hasil survei kami, 90% dari mereka loyal pada kami, meskipun tanpa serangan fajar,” jelas Musa.
Semua politisi yang hadir mengapresiasi MUI Gresik, yang mengadakan FGD ini, dan mengharap ada tindak lanjut, sehingga problem politik uang ini bisa perlahan dikikis, dan lahir para pemimpin yang punya visi besar.
Pandangan Budayawan Gresik
Budayawan Gresik Kris Aji, yang hadir menanggapi tema melawan serangan fajar, dengan mengajak meneladani cerita Panji, cerita asli Jawa Timur, yang salah satunya adalah Ande-ande Lumut yang masyhur.
“Kisah Klenting Kuning yang penampilannya jelak dan bau, tapi sesungguhnya cantik jelita, yang kemudian jadi istri Ande-ande lumut jadi cerita sejarah. Karena hatinya bersih, dia tidak mau dibeli dan tidak mau membeli, Klenting Kuning menjadi ratu, dari situ akan lahir Singosari dan Majapahit, kerajaan besar yang menginspirasi lahirnya Nusantara dan Republik Indonesia,” cerita Kris Aji.
Yang bisa dipelajari, kata Kris Aji, adalah hal yang baik, kalau dimulai dengan cara yang baik, dan dilakukan dengan cara yang baik pula, seperti memilih karena melihat prestasi dan potensi, akan melahirkan pemimpin yang berkualitas.
Pandangan Penyelenggara Pemilu
Kemudian hadir dari KPU Gresik Komisioner Devisi Sosialisasi dan SDM Makmun, yang menyampaikan bahwa secara partisipasi pemilih, Kabupaten Gresik terus mengalami peningkatan.
“Bahkan di Pilkada yang lalu, partisipasinya tertinggi di Jatim, namun itu masih menyisakan pekerjaan rumah, apakah karena kesadaran pemilih yang punya harapan masa depan, atau karena uang,” jelas Makmun.
Selain itu, pihaknya juga terus melakukan upaya pencegahan dengan menggiatkan sosialisasi pada calon pemilih di Gresik.
“Hampir tiap minggu kita keliling ke sekolah dan berbagai unsur masyarakat, untuk terus melakukan pendidikan politik, agar para calon pemilih menjadi pemilih yang cerdas, dan tidak memilih karena uang,” terang Makmun.
Sementara dari Bawaslu Gresik hadir Komisioner Habibur Rohman, yang menyampaikan bahwa forum-forum seperti ini sangat penting, bahwa kita tidak mengendorkan semangat dalam melawan politik uang.
“Dengan terus menggerakkan kesadaran masyarakat, bagaimana peserta pemilu dan masyarakat, harus komitmen bersama, agar demokrasi yang kita inginkan bisa berjalan dengan baik,” jelas Kordiv Pencegahan, Parmas dan Humas Bawaslu Gresik ini.
FGD yang berlangsung selama tiga jam lebih ini, berjalan sangat interaktif, dan MUI Gresik akan terus berkomitmen dalam menyuarakan politik moral, yang salah satunya adalah narasi melawan serangan fajar, sehingga selalu tercipta optimisme untuk demokrasi Indonesia yang semakin baik kedepan. (is/cm)