Tips Meningkatkan Karakter Positif Anak saat Pandemi Ala Dosen Psikolog UINSA

0
321

CAKRAWALA MUSLIM – Sejak dimulainya masa pandemi, pendidikan di Indonesia beralih dari pendidikan tatap muka menjadi pendidikan daring (online). Banyak orang tua dianggap belum siap dengan model pembelajaran baru seperti ini.

Nah, Dosen Universitas Sunan Ampel Surabaya (UINSA) Soffy Balgies akan memberikan tips bagaimana meningkatkan karakter anak di tengah pandemi. Dosen kelahiran 22 September 1976 itu berbicara langsung di acara yang diselenggarakan oleh MUI Gresik dengan diikuti oleh perserta dari banyak perwakilan organisasi perempuan, pada Jum’at (13/8/2021).

Dalam pemaparannya, Soffy menganggap model pendidikan di tengah pandemi yang lebih banyak bersifat daring sangat berdampak pada kondisi keluarga. Terutama keluarga yang dengan ekonomi menengah ke bawah.

“Terlebih pada saat pandemi banyak yang di PHK, maka harus menanamkan kesabaran di dalam keluarga. Belum lagi orang tua yang stres karena pekerjaan akan berdampak pada kondisi pendidikan anak yang tidak diperhatikan,” bebernya.

Untuk itu, Dosen yang mengajar di Fakultas Psikologi dan Kesehatan memberikan beberapa tips kepada orang tua bagaimana membuat anak tetap berkarakter positif di tengah pandemi. Seperti tahapan pengembangan karakter, antara lain, mengamati perilaku anak, pembiasaan dalam kehidupan dan penguatan karakter.

Penguatan karakter positif, yakni, Keteladanan, Menanamkan keimanan dan akidah agama, Memberi pujian, Tidak memarahi dan menghukum agar anak tidak takut bertindak (eksplorasi) dan Membimbing terus menerus. Selanjutnya penting juga anak diberikan pemahaman tentang penanaman akidah. Baik secara langsung maupun tidak langsung.

“Anak sering diibaratkan sebagai kertas putih bersih saat ia dilahirkan. Setitik demi setitik warna mulai digoreskan oleh orang tua diatasnya. Menjadi seperti apa dan bagaimana anak – anak di masa yang akan datang sangatlah dipengaruhi oleh warna apa yang orangtuanya goreskan dan bagaimana caranya orang tua menggoreskannya di atas kertas,” terangnya.

Selain itu, Soffy juga memaparkan banyak kesalahan kecil orang tua yang membahayakan anak. Seperti, terbiasa berbohong, mudah takluk pada rengekan anak, gemar membandingkan anak, memberikan julukan yang buruk pada anak dan marah yang berlebihan.

“Lah orang tua yang sering berbohong akan berdampak buruk bagi perkembangan anak kedepan. Juga model pengasuhan paling buruk yakni memberikan anak diasuh oleh TV maupun gadget,” bebernya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua MUI Gresik KH Manaoer Shodiq mengapresiasi diselenggarakan acara ini. Terutama komisi perempuan yang telah menginisiasi gelaran acara. Dia mengaku tema yang disajikan sungguh sesuai dengan konteks kekinian yang dibutuhkan masyarakat.

“Kita berharap pendidikan anak pada masa pandemi memiliki nilai positif baik dikalangan keluarga maupun masyarakat,” pungkasnya. (sah)