Mau Menjadi Khotib Yang Komunikatif? Begini Caranya

0
259

CAKRAWALA MUSLIM – Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Gresik undang Prof. Ali Aziz, Penulis Buku Teknik Khutbah Komunikatif pada kegiatan yang diikuti utusan MUI Kecamatan se Kabupaten Gresik, PCNU, PD. Muhammadiyah, DPD. LDII dan Perguruan Tinggi se Kabupaten Gresik dengan tema “Optimalisasi Teknik Khutbah Komunikatif” (24/10/22) di Aula Masjid Agung Gresik

Prof. Ali Aziz dalam paparannya menyampaikan kepada para peserta untuk tidak menjadi khotib yang menyiksa pada jamaah dengan memberikan materi khotbah yang terlalu panjang dan sulit difahami oleh jamaah.

“Jangan sampai kita ini membuat jamaah bosan mendengarkan khotbah dan merasa tersiksa dengan khotbah kita yang terlalu panjang. Maka kita harus berlatih menyusun khotbah yang efektif efisien,” terang Prof Ali.

Lebih detail lagi Guru Besar UIN Sunan Ampel Ini menjelaskan, Setidaknya ada 14 hal penting yang harus diperhatikan pada saat khutbah, diantaranya adalah; pertama, Mukadimah khutbah harus berbahasa Arab meliputi Hamdalah, shalawat, ayat, dan pesan takwa (dengan bahasa Arab atau lainnya). Sedang pada khutbah kedua ditambah doa untuk semua muslim.

Kedua, Bacaan shalawat dalam mukadimah “Allahumma shalli …” bukan “Shallallahu ‘alaihi wasallam” kecuali untuk sanjungan setelah menyebut nama Nabi. Misalnya, Nabi SAW. Ketiga, Tidak ada keharusan menutup khutbah kedua dengan “’ibadallah…..wa ladzikrullah akbar.”

Pimpinan MUI Gresik melakukan foto bersama dengan Nara sumber; Prof. Ali Aziz dan seluruh Peserta Pelatihan Khatib dengan tema “Optimalisasi Teknik Khutbah Komunikatif”

Keempat Durasi khutbah jangan terlalu lama maksimal 10 menit karena jamaah selalu mengapresiasi khubah yang pendek sebab itu sesuai sunah Nabi dan sesuai kebutuhan jamaah, yaitu khutbah yang singkat padat. Kelima, mempersiapkan waktu untuk menyusun khutbah atau tidak mendadak.

Keenam, menghindari dua macam kesalahan khutbah yaitu fatal (jali), yaitu kesalahan yang berakibat perubahan makna dan tidak absahnya khutbah Jum’at dan ringan (khafi): kesalahan yang tidak merubah makna dan tidak pula merusak keabsahan khutbah dan shalat Jum’at.

Ketujuh, Dalam penyampaian khutbah, tidak ada keharusan menyebut teks Arab ayat atau hadis. Kedelapan, Dalam khutbah hampir tidak ada alasan untuk salah. Sebab, ia “juru bicara” Allah dan Rasul-Nya. Maka, tidak ada permintaan maaf kepada jamaah seperti dalam ceramah umum.

Kedelapan, Menjadi khatib diperlukan percaya diri, tahan cacian, mau belajar (termasuk kepada orang yang lebih rendah status sosialnya), dan tidak tersandera oleh akhlaknya sendiri. Beban terberat bagi khatib bukan soal teknik, melainkan riwayat akhlaknya.

Kesepuluh, Tetaplah tegar dan mau belajar dan berbenah ketika mendapat kritik hadirin. Seperti contoh beberapa komentar setelah mendengarkan khutbah: (a) “wah, ini bukan khutbah, tapi seminar” (b) “Kok seperti reporter atau ulasan berita ya? (karena terlalu banyak ulasan berita di media masa), (c) “Lho kok sama dengan yang disampaikan tahun yang lalu ya?” (d) “Kenapa kisah yang disampaikan hanya kisah Nabi dan Sahabat, tanpa dilengkapi kisah yang lebih aktual?” (e) “wah, lama banget khutbahnya ya? Saya bisa dipecat jika terlambar kembali ke kantor” (f) “Terlalu muluk-muluk, ke langit, tidak landing ke bumi. Susah dipraktikkan.” (g) “Angkuh sekali. Seharusnya khatib menyapa sesepuh di masjid ini sebelum atau sesudah khutbah” (h) “Khutbahnya bagus, tapi sayang sekali baca teks Arabnya kurang fasih” (i) “Menasihati keluarganya saja gagal, kok ya berani menasihati orang?!” (j) “Materi khutbah itu tak berdasar sumber yang valid, hanya hasil imajinya sendiri.” (k) “Tampak sekali, ia kurang baca” (l) “Tidak sistematis, alias mbulet” (m) “Terlalu banyak bahasa asing. Susah dipaham.” (n) dan masih banyak lagi komentar sejenis.

Kesebelas, Orang paling zalim di bumi ini adalah khatib yang menyita waktu orang untuk mendengarkan, tapi dia tak sungguh-sungguh membuat persiapan. Kedua belas, Utamakan keabsahan khutbah, baru aspek retoriknya.

Ke tigabelas, Perhatikan kejelasan, artikulasi suara, dan kecepatan tempo khutbah. Lebih-lebih pada masjid dengan suara yang menggema. dan yang ke empatbelas, Hindari khutbah yang menggurui jamaah.

Turut hadir hadir sebagai peserta pelatihan Khatib ini utusan MUI Kecamatan se Kabupaten Gresik, PCNU, PD. Muhammadiyah, DPD. LDII dan Perguruan Tinggi se Kabupaten Gresik. Acara berjalan gayeng diakhiri dengan praktek khotbah, Tanya jawab dan foto bersama. (al/cm)