Mengenang Kiai Mad Thohawi Hadin, di Mata Teman-teman Seperjuangan

0
932
Foto Almaghfurlah KH. Ahmad Thohawi Hadin semasa Hidup. (Foto : Istimewa)

CAKRAWALA MUSLIM – Umat Islam di Kabupaten Gresik kembali berduka. Gresik kehilangan seorang alim allamah, yang ikhlas memperjuangan Islam ditengah arus modernisasi di Kabupaten Gresik.

Beliau adalah almaghfurlah KH Ahmad Thohawi Hadin, pengasuh Ponpes Al Ishlah Bungah Gresik, yang juga ketua bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Gresik. Kiai Mad Thohawi, panggilan akrab beliau, wafat pada Rabu, 13 September 2023, diusia 56 tahun.

Kiai yang mondok 8 tahun di Ponpes Al – Fadlu Kaliwungu Kendal Jawa Tengah mulai tahun 1987 sampai 1995, serta Ponpes Fathul Ulum Kwagean Pare Kediri tahun 1996-1998 ini, meninggalkan begitu banyak teladan yang bisa kita ambil sebagai pelajaran semasa Kiai Thohawi hidup. Kami mencoba menggali hal tersebut dari teman-teman seperjuangan beliau, yang banyak sekali menuturkan hal-hal istimewa tentang Kiai Thohawi.

Kiprah Kiai Thohawi di MUI Kabupaten Gresik

Ketua Umum MUI Kabupaten Gresik KH Mansoer Shodiq, saat kami wawancarai menyampaikan bahwa sebagai teman perjuangan, beliau merasa sangat kehilangan sosok Kiai Thohawi.

“Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Gresik sungguh merasa kehilangan terhadap sosok ulama yang sangat mumpuni sebagai ketua MUI Gresik bidang fatwa, sekaligus sebagai ulama yang sangat peduli terhadap perkhidmatan kepada umat. Karena banyak peran yang telah secara nyata dibuktikan oleh Kiai Thohawi,” buka Kiai Mansoer.

Sosok Kiai Thohawi, lanjut ketua umum adalah ulama yang sangat peduli pada teman seperjuangan. Bahkan, baru-baru ini beliau juga ikut mengunjungi salah satu pengurus MUI yang tengah sakit.

“Beliau juga sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan MUI Gresik, banyak keputusan-keputusan penting yang dihasilkan oleh MUI bersama beliau. Sehingga dengan kenyataan ini rasanya sulit bagi MUI Gresik untuk melupakan jasa beliau, dikenal sebagai seorang yang sangat akrab, serta sangat menguasai permasalahan dan sangat konsen sekali didalam mengambil keputusan-keputusan penting,” lanjut Kiai Mansoer.

Apa yang disampaikan Kiai Mansoer itu, juga dinyatakan oleh KH M Zainuri Makruf, pengasuh Ponpes Al-Miftah Bungah. Beliau bersama-sama dengan Kiai Thohawi di MUI sebagai Ketua Komisi Fatwa, Kiai Zainuri menjadi saksi bagaimana semangat almaghfurlah dalam menghidupi MUI Gresik.

“Kiai Thohawi itu sangat semangat dalam kegiatan, semangat diskusi keagamaan dan sangat perhatian dengan kawan seperjuangan. Dawuh Beliau pada saya itu ‘ayok ojo lali mangkat kegiatan MUI, ayo po’o iki MUI dimajukno guyube, kegiatane, khidmahe’ (ayo jangan lupa berangkat kegiatan MUI, ayo bersama-sama MUI dimajukan keakrabannya, kegiatannya, serta khidmahnya),” begitu kenang Kiai Zainuri.

Sekretaris Komisi Fatwa KH. Fathoni Muhammad, juga menjadi saksi semangat khidmah Almaghfurlah Kiai Thohawi untuk memajukan MUI Kabupaten Gresik. Dalam bahasa Kiai Fathoni, Almaghfurlah seringkali jadi ‘Macannya MUI’ ketika ada masalah-masalah urgen.

“Di MUI Gresik terutama komisi fatwa, peran Kiai Thohawi begitu terasa. Contoh ketika ada kasus pernikahan kambing dan manusia, itu salah satu yang bisa memutus gejolak yang timbul, adalah Kiai Thohawi, beliau jadi macannya, menghadapi semua sorotan yang tertuju ke MUI Gresik,” ungkap Kiai Fathoni.

Bagaimana tidak, Kiai Thohawi adalah sosok yang sangat utun dalam ‘ngeramut’ komisi Fatwa, dan kata Kiai Fathoni Almaghfurlah punya cita-cita untuk terus menjaga perkhidmahan MUI Gresik pada umat.

Turut menambahkan pula, anggota komisi fatwa MUI Gresik KH. Khufaf Ibry, yang menuturkan bahwa sosok Kiai Fathoni begitu istimewa. Beliau sangat rendah hati kepada para Kiai-kiai teman seperjuangannya.

“Kiai Thohawi ini ulama’ yang istimewa, beliau tidak pernah minta dihormati lebih di komisi fatwa, meskipun beliau ketua MUI Gresik bidang fatwa. Sebagai kawan, kami sangat kehilangan sosok kiai thohawi,” terang Kiai Ibry.

Kiprah di Jam’iyah Nahdlatul Ulama

Almagfurlah Kiai Thohawi juga masyhur sebagai salah satu Kiai di Gresik yang aktif dalam ‘ngopeni’ Nahdlatul Ulama’ (NU). Secara struktural, Almaghfurlah sangat aktif di MWCNU Bungah Gresik, serta belum genap setahun menjadi Rois Syuriah MWCNU Bungah, namun perannya sudah banyak sekali.

Hal itu sebagaimana penuturan Ketua Tanfidziyah MWC NU Bungah, KH Muhammad Ala’uddin yang menuturkan bahwa Almaghfurlah merupakan Rois yang sabat dan ikhlas dalam berjuang.

“Almaghfurlah sangat perhatian dalam kaderisasi, terutama mendidik santri untuk berdiskusi dalam forum bahtsul masail, di MWCNU Bungah juga sangat terasa peran Almaghfurlah, dalam upaya ngurip-nguripi NU,” terang Kiai yang juga Pengasuh PP. Qomaruddin Bungah ini.

Kiai Alauddin, juga menuturkan bahwa Kiai Thohawi punya visi misi jauh kedepan bagi MWCNU Bungah, yang sangat penting untuk jadi teladan bersama.

“Satu ketika kami pengurus MWCNU Bungah, punya keinginan beli mobil untuk operasional NU Bungah, namun beliau punya visi misi kedepan dan lebih mengarahkan kita agar kalau bisa untuk beli tanah saja,” terang Kiai Alauddin.

Bahwa cita-cita Kiai Thohawi, lanjut Kiai Alauddin adalah NU Bungah bisa beli tanah, agar kemanfaatannya bisa jauh untuk masa depan NU Bungah.

Bukan hanya aktif secara struktural, Almaghfurlah juga aktif ngopeni jamaah NU di lingkungan beliau tinggal. Hal ini sebagaimana disampaikan KH. Fathoni Muhammad, yang juga merupakan keluarga Almaghfurlah.

“Kiprah beliau di masyarakat, secara langsung menggantikan peran Abahnya Mbah Mainun, yaitu setiap ada yang meninggal disekitar, pasti beliau yang didatangkan untuk menyolati, isyhad dan talqin,” terang Kiai Fathoni.

Selain itu, lanjut Kiai Fathoni sosok Kiai Thohawi juga aktif mengisi pengajian-pengajian di daerah Bungah.

Melanjutkan Ayahanda Jadi Pemangku Ponpes Al Ishlah Bungah

Dalam ngopeni santri-santri Al Ishlah Bungah, Kiai Fathoni juga menuturkan bahwa sosok Kiai Thohawi adalah Kiai Alim yang sangat istiqomah ngaji.

“Almaghfurlah adalah Kiai yang benar-benar alim. Dalam masalah agama beliau sangat berhati-hati, berpegang teguh pada dalil-dalil agama. Dibuktikan dengan cara beliau ngopeni santri Al Ishlah, sehari semalam bisa mbalah 3 kitab, selain itu juga beliau istiqomah ngaji kitab bersama para alumni juga,” terang Kiai Fathoni.

Kiai Fathoni juga manambahkan, bahwa Kiai Thohawi sangat bercita-cita untuk semakin membesarkan Ponpes Al Ishlah Bungah.

Hal itu juga dituturkan oleh salah satu sahabat karib Almaghfurlah, yaitu Kiai Soeratin, yang sudah kenal akrab dengan Almaghfurlah sejak tahun 1978.

“Kiai Mad Thohawi ini sudah istimewa sejak remaja. Beliau dulu pas pulang dari pondok itu langsung mbalah Kitab Hadits Abi Jamroh. Beliau sangat tlaten luar biasa kelau membaca kitab, bahkan hobinya itu ngaji,” terang Kiai Soeratin.

Kiai Soeratin mengenang saat remaja, bahwa sosok Kiai Thohawi adalah putra yang sangat ta’at dengan Abahnya Mbah Maimun.

“Lebih antiknya lagi, Kiai Thohawi ini beda dengan putra-putra Kiai yang lain. Kiai Thohawi ini setelah menikah kerja jualan krupuk, menggoreng sendiri, untuk disetor ke warung-warung, meskipun anak Kyai Besar, beliau tidak gengsi untuk itu,” pungkas Kiai Soeratin.

Memang begitu banyak kenangan dan sejarah yang diwariskan oleh Almaghfurlah Kiai Thohawi pada kita semua, sosok yang kenang sahabat-sahabat karib perjuangannya sangat santun, rendah hati, perhatian, serta hati-hati dalam menghadapi problem umat. Rasanya memang begitu cepat Allah Swt memanggil Ulama ‘Alim yang kemanfataannya begitu kita rasakan.

Selamat jalan Kiai Thohawi, Surga Allah Swt tempatmu.

(is/cm)