Takut, Penyakit Mental yang Memang Akut

0
3
Foto: Berlari dikejar bayangan diri sendiri. (Sumber: emaramures.ro)

HIKMAH – Banyak orang yang salah mengira bahwa keberanian adalah saat tidak adanya ketakutan saat melangkah, atau ketika melakukan sesuatu yang baru. Padahal faktanya tidaklah seperti itu, Bosqu. Yang namanya keberanian adalah ketika kamu memutuskan untuk tetap melangkah atau melakukan sesuatu meskipun kamu dibayang-bayangi oleh ketakutan.

Begitulah, ketakutan memang salah satu dari sekian banyak bayangan diri. Meminjam bahasa yang digunakan Carl G. Jung, ketakutan disebut oleh lelaki Swiss itu sebagai self shadow, bayangan diri. Dalam istilah yang biasa digunakan Emak saya, tidaklah jauh berbeda. Emak saya sering bilang, “Ojo Wedi karo ayang-ayangmu dewe” (Jangan takut pada bayanganmu sendiri). Nah, ternyata Emak yang tidak pernah kuliah psikologi sudah paham bahwa rasa takut itu hanyalah bayangan diri, atau sisi gelap dari diri kita.

The problem is, bagaimana caranya agar kita tidak sampai dikuasai oleh ketakutan yang merupakan bayangan kita sendiri?

Silahkan simak ilustrasi di bawah ini.

***

Di sebuah perahu, seorang bijak melihat salah satu penumpang begitu tertekan. Dia bersembunyi di pojok perahu. Tampak dirinya begitu menggigil ketakutan. Si bijak bertanya,

“Apa yang kamu takutkan, Kawan?”
“Saya takut tenggelam. Saya takut masuk ke dalam air,” jawab lelaki itu.

Si bijak langsung paham situasinya. Tanpa pikir panjang si bijak menarik tubuh lelaki tersebut lalu menceburkannya ke dalam air. Namun tangannya tetap dia pegangi agar lelaki itu tidak sampai tenggelam.

Awalnya lelaki itu meronta-ronta, namun setelah beberapa saat dia lebih tenang. Si bijak lalu mengangkat tubuh lelaki itu. Setelah kembali berada di atas perahu, ketakutan lelaki itu ternyata sudah jauh berkurang.

“Bagaimana sekarang, apa kamu sekarang masih takut air?”
“Tidak. Ternyata setelah saya berada di dalamnya air tidak semenakutkan yang saya bayangkan,” ucap lelaki itu.

***

Begitulah, hidup yang kita jalani ini adalah sebuah anugerah. Nikmat besar dari Allah Swt. Karena itu, hidup terlalu penting untuk digunakan merasakan ketakutan yang sering kali tidak beralasan. Akan sia-sia bila kita menua dalam jerat kekhawatiran. Hari-hari yang kita jalani terlalu berharga bila kita lewatkan dalam cengkraman rasa takut, pukulan rasa cemas serta tendangan rasa rasa khawatir yang menyakiti hati kita. Khawatir terhadap akibat buruk yang seringkali hanya rekaan imajinasi kita.

Kita sangat ingin bisa berenang, tapi di saat yang sama ada ketakutan kalau kita tenggelam di dalam air. Kita ingin sukses dengan cara berdagang tapi khawatir serta cemas kalau merugi dalam perdagangan yang kita rencanakan. Sayangnya, dalam pertarungan itu rasa takut seringkali keluar sebagai pemenang. Padahal, rasa takut hanya bayangan. Kita urung melakukan apa yang telah kita niatkan karena bayang-bayang ketakutan. Ingat, bahwa keberhasilan dan kesuksesan lebih bergantung pada ‘keberanian’ daripada ‘kepintaran’. Dengan narasi lain, mental jauh lebih penting daripada intelektual.

Kita tidak mungkin merasa pantas bagi kehidupan yang kuat, jika kita lebih patuh kepada ‘rasa takut gagal’ daripada kepada ketertarikan untuk berhasil. Orang yang selalu menganalisa rencana-rencananya dengan pikiran ‘takut gagal’ akan cenderung tidak bertindak. Padahal, siapa tahu tindakan itu adalah satu-satunya syarat untuk turunnya rahmat dan rezeki. Sebaliknya, orang yang memeriksa rencana-rencananya dengan keberanian, dengan harapan baik akan cenderung bertindak. Meskipun seandainya tindakan itu diprediksi oleh para peramal sebagai tindakan yang pasti gagal.

Kita akan sulit menjadi pribadi yang berani dan kreatif kalau kita terus terjebak dalam hal-hal biasa. Enggan mencoba hal-hal baru yang bisa jadi lebih baik. Jangan pernah lupakan bahwa ‘routines can be a deadening mind’ (rutinitas dapat mematikan otak).

Cobalah sesekali keluar dari rutinitas keseharian kita. Jika biasanya kita makan sambil memelototi layar TV maka tidak ada salahnya menyantap makanan tanpa TV. Berfokus pada makanan dan minuman yang ada di hadapan kita. Bila biasanya anda mengenakan baju dalam kondisi mata terbuka, tak apa sesekali mencoba mengenakan baju sambil memejamkan mata. Kalau biasanya kita berangkat kerja melalui jalan besar, sesekali kita coba lewat jalan sempit. Siapa tahu jalan baru itu lebih dekat atau lebih enjoyable daripada jalan yang biasa kita lewati.

Keluar dari apa yang dalam psikologi disebut comfort zone bukanlah kebodohan, tapi keharusan. Hal berguna untuk menghindarkan oak kita dari stagnasi. Mari bertindak berani dan bukannya terus terjebak dalam hal-hal biasa. Karena melakukan yang aman, melakukan yang lebih terjamin, melakukan yang mudah, melakukan yang sudah pernah serta melakukan yang sudah bisa dan biasa – tidak dapat disebut sebagai tindakan berani.

Faktanya semua manusia punya rasa takut. Orang yang kelihatannya paling berani pun menyimpan rasa takut di kedalaman hatinya. Bedanya, mereka yang berani adalah mereka yang telah mengalahkan dan berdamai dengan rasa takut mereka. Bukan dengan menyangkal keberadaannya atau berlari, justru dengan melakukan apa yang mereka takuti. Lakukan saja apa yang kamu yakini, dan biarkan rasa takutmu menjadi saksi.

*Penulis adalah Ahmad Rofiq, M.Pd.I, Pengurus Komisi Dakwah, Penelitian dan Pengembangan Masyarakat MUI Kabupaten Gresik.