CAKRAWALA MUSLIM – Memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada 2 Mei 2025, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Gresik menyoroti pentingnya arah pendidikan Islam yang mampu membentuk manusia paripurna atau insan kāmil.
Ketua MUI Gresik bidang Pendidikan dan Kaderisasi, KH. Abdul Malik, MM,. M. Fil.I, menyampaikan bahwa pendidikan dalam Islam tidak hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual semata, melainkan juga harus menyentuh dimensi hati dan akhlak.
“Tujuan utama pendidikan Islam adalah membentuk insan kāmil, manusia yang tidak hanya cerdas nalar, tetapi juga bersih hatinya dan mulia akhlaknya,” ujar Kiai Malik, pada Jum’at (2/5/2025).
Beliau menambahkan, dasar dari filosofi pendidikan Islam telah ditegaskan dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56, yang menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah (liya‘budūn).
“Karena itu, pendidikan menjadi jalan utama untuk memahami serta menjalankan pengabdian tersebut secara utuh,” kata Kiai Malik.
Sementara itu, KH. Chufaf Ibry, anggota Komisi Fatwa, Hukum dan Pengkajian MUI Kabupaten Gresik, menyampaikan bahwa pentingnya kesinambungan antara kecerdasan intelektual dan spiritual.
“Pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu, tapi juga transformasi jiwa,” kata KH. Chufaf.
Lebih lanjut, beliau menekankan pentingnya pendidikan yang mampu membentuk manusia sadar akan tujuan hidupnya sebagai makhluk Tuhan yang bertanggung jawab.
Dalam pandangan KH. Chufaf, tokoh pemikir Muslim seperti Syed Muhammad Naquib al-Attas juga menegaskan bahwa pendidikan Islam bertujuan to instill adab. Artinya, menanamkan tata nilai, etika, serta pengenalan terhadap kedudukan hakiki segala sesuatu dalam kehidupan.
“Adab inilah yang menjadi fondasi dari semua ilmu dan amal. Dengan mengenali tempatnya sebagai hamba dan khalifah, manusia akan mampu menjalankan peran hidupnya secara proporsional dan penuh tanggung jawab,” jelasnya.
Lebih lanjut, beliau menyampaikan bahwa pendidikan sejati harus melahirkan pribadi yang berilmu, beradab, dan memiliki tanggung jawab kepada Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta. Inilah ciri dari insan kāmil yang menjadi cita-cita luhur pendidikan Islam.
KH. Chufaf juga mengingatkan bahwa keberhasilan pendidikan Islam tidak diukur hanya dari capaian akademik, tetapi dari kemampuan mencetak manusia yang utuh secara spiritual, intelektual, dan sosial.
“Jangan sampai pendidikan justru melahirkan manusia-manusia yang kehilangan arah hidup,” tegasnya.
Momen Hardiknas ini, menurutnya, adalah saat yang tepat untuk melakukan refleksi terhadap sistem pendidikan kita—agar semakin berpihak pada pembangunan karakter dan akhlak yang mulia. Pendidikan yang ideal harus melahirkan generasi rahmatan lil ‘ālamīn, yang membawa kedamaian dan manfaat bagi seluruh alam.
“Semoga Hari Pendidikan Nasional ini menjadi titik balik bagi kita semua untuk membangun sistem pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai ilahiah dan kemanusiaan,” pungkas KH. Chufaf. (is/cm)