Ijtima Ulama Se-Jawa Timur, Kiai Mutawakkil; MUI Harus Capat Tanggapi Masalah Umat

0
30
Foto : KH Hasan Mutawakkil Alallah Ketum MUI Jatim saat menyampaikan sambutan. (Zainal/cakrawalamuslim)

CAKRAWALA MUSLIM – Menanggapi permasalahan umat yang terus berubah dan berkembang, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur, mengadakan Ijtima Ulama Komisi Fatwa ke-II MUI se-Jawa Timur, di Ponpes Mambaus Sholihin Suci Gresik, pada Sabtu, 28 September 2024 – Ahad, 29 September 2024.

Dalam Ijtima Ulama kali ini, menghadirkan 38 Komisi Fatwa MUI Kabupaten / Kota se-Jawa Timur, serta perwakilan Pesantren, Perguruan Tinggi, dan Ormas Islam di Jawa Timur.

Dalam sambutannya, Ketua Umum MUI Jawa Timur KH Hasan Mutawakkil Alallah, menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki nilai yang sangat strategis, seiring banyaknya problematika sosial yang ada, yang terjadi ditengah-tengah umat hari ini.

“MUI yang merupakan wadah berhimpunnya Ulama, Zuama dan Intelektual Muslim, tentunya menjadi rujukan utama umat, dan menjadi rujukan pemerintah yang legal dalam pengambilan keputusan,” dawuh Kiai Mutawakkil, di Aula Darun Nadwah Rusyaifah Ponpes Mambaus Sholihin Suci, Sabtu (28/9/2024).

Ijtima Ulama ini, lanjut Beliau, untuk mersepon problem yang sedang marak, dalam rangka mengayomi umat, himayatul umat dan hifdzud din, karena banyaknya pemahaman yg menyimpang.

“Komisi fatwa ini, saya katakan sebagai komisi yang paling sibuk, dalam menjalankan organisasi MUI, dan komisi fatwa, merupakan komisi yg paling aktif melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab, karena problematika umat selalu berubah dan terus berkembang,” jelas Kiai Mutawakkil.

Apalagi, Kata Kiai Mutawakkil, kita mengenal prinsip, ‘hukum itu ada dalam illat’, atau sesuai dengan konteks permasalahan, saat ini, kita berada dalam era baru, yaitu era digital, pelan tapi pasti, semua aktifitas masyarakat dilakukan secara digital.

“Beban berat tadi, dalam konteks para Kiai di komisi fatwa tidak hanya dituntut untuk memperdalam prosedur hukum dan pengambilan hukum keagamaan, tapi juga dituntut untuk memahami praktik teknologi digital, itu tidak mudah,” jelas Pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong ini.

Kiai Mutawakkil, juga mengingatkan komisi fatwa di daerah, agar responsif terhadap masalah umat, karena MUI harus tetap berada dihati umat.

“Oleh karena itu, kalau menghadapi persoalan-persoalan keagamaan ditengah masyarakat yang butuh kepastian hukum, MUI harus cepat bergerak, kalau persoalan itu bisa ditangani didaerah, silahkan ditangani didaerah saja, namun jika perlu dikonsultasikan ke kita, silahkan,” tegas Kiai Mutawakkil.

Ketua Umum MUI Jawa Timur ini, juga menyampaikan terimakasih mendalam, khususnya kepada KH Masbuhin Faqih, yang telah banyak membantu, terutama dalam menyediakan tempat bagi terselenggaranya kegiatan selama dua hari ini.

Terakhir, Beliau menutup sambutan dengan pantun;
Ibu Kota Nusantara di Kalimantan,
Jangan lupa mampir di Balikpapan,
Untuk agar supaya maju Indonesia,
Ulama harus berperan dengan fatwa dan ilmu untuk kemaslahatan,

Menanam mangga dikebun tetangga,
Disertai pepaya, stroberi dan semangka,
Nanya apa saja ke komisi fatwa,
Asal jangan nanya bagaimana punya istri dua,

Sementara itu, KH Abdul Muqsith, atas nama Pengasuh Ponpes Mambaus Sholihin, mengucapkan ahlan wa sahlan bi hudurikum, mudah-mudahan kehadiran para Kiai dan para Alim, serta para Sesepuh, selalu membawa keberkahan bagi Pesantren ini.

“Kehadiran para Kiai memberi spirit bagi kami, melihat fenomena akhir-akhir ini, dan sekaligus menjadi tantangan nyata, bagi para Kiai dan para Ulama, yang tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia. Kadang-kadang kami yang faqir bil ilmi dan amal, kadang-kadang risih, beberapa hari terakhir ini, kalau kita mengikuti dakwah media sosial, coba bayangkan, sholawat yang selalu kita amalkan di Pesantren, dan terkadang menjadi hafalan yang tak terlupakan oleh para santri, itu di syirik-syirikan,” terang Menantu Kiai Buhin ini.

Apalagi, kata Gus Muqsith, ini disampaikan di medsos dengan suara yang lantang, yang dengan kata-katanya bisa menghipnotis semua yg mendengarkan, lebih-lebih yang tidak mempunyai basic pendidikan di Pesantren, itu jika dibiarkan, menjadi tantangan serius bagi para Kiai dan Ulama, wabil khusus yang ada di MUI.

“Mudah-mudahan, kontribusi para Ulama yg tergabung dalam MUI terus memberi kontribusi positif bagi umat Islam Indonesia, sehingga umat tidak mudah tergoyahkan dari pemikiran sesepuh-sesepuh kita,” pungkas Gus Muqsith.

Kemudian, Sekda Kabupaten Gresik Ahmad Washil, menyampaikan bahwa atas nama Pemerintah Kabupaten Gresik, menyambut baik, atas terselenggaranya Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Jawa Timur ke-II ini,

“MUI adalah mitra strategis pemerintah, yang secara bersama-sama, terus membela keberlanjutan islam rahmatan lil alamin di Indonesia. Kehadiran MUI, juga menjadi perekat kehidupan antara ulama dan masyarakat, sehingga terlahir tatanan masyarakat Jawa Timur yang kondusif,” jelasnya.

Mewakili Pj Gubernur Jatim, Asisten III Sekda Provinsi Jawa Timur, Akh. Jazuli, menyampaikan kebanggaan Pemprov Jawa Timur, karena MUI betul-betul peka terhadap problematika masyarakat Jawa Timur.

“Karena tiap ada masalah, Kiai Mutawakkil selalu aktif berkomunikasi dengan Gubernur, baik dengan Ibu Khofifah, maupun dengan Pj Gubernur Bapak Adhy Karyono, seperti perihal industri halal dan rumah potong hewan. Mudah-mudahan keharmonisan ini akan membawa kemasalahatan bagi masyarakat Jawa Timur,” ujarnya.

Selain itu, dalam kegiatan pembukaan tadi, nampak hadir pula Ketua MUI Jatim Bidang Fatwa KH Jazuli Nur, Sekretaris KH Hasan Ubaidillah, Bendahara Umum H Rosidi, Dewan Petimbangan MUI Gresik KH Mashuri Abdurrahim, Wakil Ketum MUI Gresik KH Ainur Rofiq Thoyyib, Ketua PCNU Gresik KH Mulyadi, serta Putra dan Menantu KH Masbuhin Faqih, KH Majduddin dan Dr KH Muhammad Najib. (is/cm)