Kiai Mansoer Jelaskan Sejarah dan Peran Strategis MUI Pada Kader Da’iyah

0
118
Foto : Kiai Mansoer (kiri) saat menyampaikan sambutan. (Foto : Zainal/cakrawalamuslim).

CAKRAWALA MUSLIM – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Gresik, melalui Komisi Permberdayaan Perempuan, Anak dan Remaja, mengadakan Pelatihan Kader Da’iyah di Aula Kantor MUI Gresik, Sabtu (20/7/2024).

Dalam kegiatan yang diikuti 36 Da’iyah dari utusan 18 kecamatan ini, mengambil tema ‘Menolak Mati; Da’iyah di Panggung Digital’.

Dalam sambutan pembukanya, Ketua Umum MUI Gresik KH Mansoer Shodiq, menyampaikan terimakasih atas respon seluruh MUI Kecamatan, karena sudah antusias dalam mengikuti pelatihan kali ini.

“Kali ini, kalian semua tidak hanya akan belajar dakwah secara konvensional, namun juga akan belajar tentang dakwah digital,” jelas Kiai Mansoer.

Sejarah Terbentuknya MUI

Oleh karena yang mengadakan adalah MUI, lanjut Kiai Mansoer, dan semuanya adalah delegasi dari MUI Kecamatan, maka rasanya kurang pas jika belum mengenal profil MUI secara lengkap.

“MUI berdiri pada 7 Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, Indonesia, dan didirikan oleh 10 ulama’ dari berbagai latar belakang ormas islam, serta 4 ulama dari Dinas Rohani Islam, Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut dan POLRI,” terang Kiai Mansoer.

Yang membedakan dengan kebanyakan, kata Kiai Mansoer, berdirinya MUI ini adalah suara dan aspirasi dari daerah, bukan serta merta kemauan dari pusat.

“Maka ini menunjukkan, bahwa MUI adalah rumah besar umat Islam di Indonesia,” terang Beliau.

Peran Strategis MUI

Dengan sejarah panjang tersebut, terutama sebagai rumah besar umat islam, maka MUI punya penting dalam himayatuddin (peran keagamaan), himayatul ummah (peran keumatan) dan himayatud daulah (peran kebangsaan), sekaligus sebagai shohibul hukumah, yaitu mitra strategis pemerintah.

Himayatuddin, harus didasari dengan amar ma’ruf nahi mungkar, kemudian himayatul ummah, adalah menjaga umat dari aqidah dan aliran sesat.

“Beberapa tahun lalu, ada yang mengaku Nabi, Ahmad Mushaddeq, ada juga yang mengaku dapat wahyu dari Malaikat Jibril, Lia Eden, dan macam-macamnya penyimpangan aqidah. Oleh karena itu, jika ada penyimpangan, maka harus diamputasi, dalam rangka himayatul ummah,” terang Kiai Mansoer.

Kemudian, menjaga umat juga dari pemikiran dan praktik keagamaan yang menyimpang, seperti tahun 2022 lalu, ada pernikahan manusia dengan kambing, sekalipun itu katanya untuk konten, namun itu adalah penyimpangan, maka umat harus dilindungi dari praktik-praktik semacam ini.

“Demi terjaminnya kebaikan dan kehalalan minuman dan obat-obatan yang akan dikonsumsi umat, dulu MUI memiliki LPPOM MUI, yang mengurusi sertifikasi halal, yang sekarang dijalankan oleh BPJPH, dan menargetkan sertifikasi halal sudah menyeluruh pada tahun 2024,” terang Beliau.

Dalam bidang ekonomi, MUI mendirikan DSN (Dewan Syariah Nasional), kemudian MUI juga bersepakat, melalui Komisi Fatwa MUI se-Indonesia, untuk melindungi umat dari perpecahan.

Pentingnya Menjamah Dakwah Digital

“Karena itu, dakwah ini, tidak boleh hanya bil lisan, yaitu pidato, ceramah dan pengajian. Karena, hanya menyasar orang-orang baik, sementara itu, masih banyak umat yang belum tersentuk dengan dakwah kita,” lanjut Kiai Mansoer.

Harus juga, kata Kiai Mansoer, disertai dengan dakwah bil mal (shodaqoh), bil kitabah (tulisan), serta bil akhlak.

“Ada lagi yang sangat penting, yaitu dakwah digital, dakwah ini bisa diarahkan kemana-mana, pesertanya tidak terbatas, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, desa atau kota, dsb, dan itu bisa di isi dengan berbagai macam konten,” terang Kiai Mansoer.

Serta, dalam menyampaikan dakwah digital, penting untuk menyebarkan pengertian islam wasathiyah, karena banyak konten digital dengan muatan kebencian dan caci maki.

“Selanjutnya, pelatihan ini tidak boleh seperti mercon bantingan, yang dibanting sekali dan selesai, namun harus ada tindak lanjut. Paling tidak nanti bisa membuat konten digital yang bagus, dan yang terpenting, bisa menyebarkan dakwah islam rahmatan lil alamin,” pungkas Ketua Umum MUI Gresik tersebut.

Pasca dibuka secara langsung oleh Kiai Mansoer, kegiatan pelatihan dilanjutkan dengan materi Islam Wasathiyah, Public Speaking, Dakwah Digital, serta Praktek membuat konten video dakwah. (is/cm)