CAKRAWALA MUSLIM – Kegiatan yang menyejukkan hati warga Gresik kembali di gelar oleh Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) Kabupaten Gresik, kegiatan tersebut adalah Halaqoh Ulama dan Umara dengan tema Hidup Damai Tanpa Saling Menyalahkan, Sabtu, (10/12/2022).
Pada acara yang terselenggara di Aula Masjid Agung Gresik itu, hadir menjadi narasumber lokal Gresik adalah Bupati Gresik H. Fandi Achmad Yani, Ketua DPRD H. Moch. Abdul Qodir, Ketua PCNU KH. Mulyadi, Ketua PD Muhammadiyah KH Moh. In’am serta Ketua LDII Gresik KH. Abdul Muiz.
Lima narasumber tersebut, begitu bersemangat membahas isu perdamaian di Gresik, yang menjadi agenda bersama, baik dari sisi pemerintah maupun dari sisi ormas islam.
Dalam pemaparannya, Gus Yani sapaan akrab Bupati Gresik, meminta kepada para kyai, untuk sering menggunakan tema perdamaian dalam islam di seriap khutbah dan ceramah-ceramahnya.
“Saya juga meminta, agar para kyai tidak hanya memberi mauidhoh hasanah, tapi juga uswatun hasanah,” jelas Gus Yani.
Selain itu, ia juga mengajak untuk menjadi pengguna media sosial yang bijak, yaitu dengan memanfaatkan medsos dengan untuk menebar perdamaian, bukan saling hujat.
“Saat ini yang harus kita jaga bukan hanya lisan kita, namun juga ‘ibu jari’ kita, karena kalau ibu jari tidak terkontrol di media sosial, akan banyak memicu konflik dan adu domba di masyarakat,” tambahnya.
Ketua DPRD Gresik H. Moch. Abdul Qodir, yang juga hadir sebagai narasumber juga menjelaskan, setidaknya ada empat indikator keberhasilan moderasi agama di Kabupaten Gresik yang harus bersama-sama dicapai.
“Yaitu komitmen kebangsaan, artinya seluruh umat beragama telah satu suara dalam bentuk kenegaraan, kemudian toleransi, berupa saling menghormati antar umat, selanjutnya adalah anti kekerasan, dan terakhir adalah penerimaan terhadap tradisi lokal, ini tugas kita bersama, agar perdamaian antar umat beragama di Gresik tetap terjaga,” jelasnya.
Kemudian, Ketua PCNU Gresik KH. Mulyadi, mengajak meneladani sifat Rosul dalam berkehidupan berbangsa.
“Rosulullah itu menyebarkan Islam dengan sifat terpujinya, alhasil banyak umat yang kemudian memeluk Islam karena diawali dengan melihat akhlaq Rosul, bukan dengan memaksa, apalagi cara kekerasan,” Jelas Ketua PCNU Gresik ini.
Narasumber lain, yaitu Ketua LDII Gresik KH. Abdul Muiz mengajak para kyai dan pemegang kebijakan di Gresik, untuk meneladani konflik-konflik umat beragama di daerah lain.
“Seperti konflik antarumat beragama di Aceh, konflik Poso, konflik Tanjung Balai, serta konflik di Sampang. Ini jangan sampai terjadi di Gresik, solusinya adalah dengan merawat keberagaman kita terus menerus,” jelasnya.
Ketua PD Muhammadiyah Gresik KH Moh. In’am juga menyampaikan, bahwa agama islam bukan hanya teoritis semata, tapi juga butuh implementasi. Maka pemahaman atas kitab suci tidak bisa hanya tekstual
“Meminjam istilah Wakil Presiden, tidak perlu bertikai, tifak perlu ribut, yang penting saling memahami dan saling menghormati,” pungkasnya.
Sementara itu, salah satu hadirin yang mewakili Pengasuh Pondok Pesantren Mambaus Sholihin KH. Abdul Muqsith, menyampaikan apresiasi kepada MUI Gresik, yang telah menggelar kegiatan yang mempertemukan para umara’ dan ulama’ dalam satu forum ini.
“Ini merupakan kegiatan yang benar-benar diperlukan oleh umat di Gresik, karena dengan kompaknya ulama dan umara, insyaallah perdamaian di Kabupaten Gresik, sebagai kota santri akan terus terpelihara,” ungkap mantu KH. Masbuhin Faqih ini. (is/cm)