Masjid ini Sudah Berusia 478 Tahun

815
3234

Oleh: Ahmad Rofiq *

“Bersegeralah mendirikan shalat sebelum datang kematian, bersegeralah untuk taubat sebelum kematian menghadang”

Kata-kata di atas bukan sebuah puisi maupun syair, tapi merupakan terjemahan bebas penulis pada kata-kata berbahasa Arab yang terpahat di dinding gapura masjid jami’ Sunan Dalem Gumeno Manyar Gresik. Masjid ini termasuk masjid tua yang ada di wilayah Gresik, sebab dibangun pada tahun 946 H atau tahun 1539 M.

Masjid di desa Gumeno ini diberi nama sesuai dengan orang yang membangunnya kala itu, yakni Sunan Dalem yang merupakan putra dari Sunan Giri Pertama.

Salah satu sumber sejarah menyatakan bahwa pasca kepemimpinan Sunan Giri I (Prabu Satmata) maka wilayah Keraton Giri dipimpin oleh putranya, Sunan Dalem. Sunan Dalem inilah yang di kemudian hari sering disebut Sunan Giri ke-II. Dan beliau pula yang memimpin pendirian Masjid Jamik di desa Gumeno kecamatan Manyar Gresik ini. Sebab dalam salah satu fase kepemimpinan Sunan Dalem, memang ada peristiwa yang membuat beliau dan orang-orang dekatnya mengungsi ke Gumeno. 

Keraton Giri memang berkembang pesat saat itu, dan kondisi itu memantik kecemburuan kerajaan Majapahit. Singkat cerita, kerajaan Majapahit bekerjasama dengan pasukan kerajaan Sengguruh (Malang) untuk menyerang keraton Giri. Saking banyaknya pasukan dari Sengguruh dan Majapahit sehingga pasukan Giri kewalahan menghadapi serangan besar-besaran itu.

Ketika tiba di wilayah Lamongan, pasukan penyerang dari Sengguruh dan Majapahit itu telah dihadang oleh para pengikut dan murid-murid dari Sunan Giri. Barisan penghadang ini berusaha menghalau para penyerang, dipimpin oleh dua orang santri Sunan Giri, yaitu Pangeran Laras dan pangeran Liris. Nama kedua tokoh itu saat ini diabadikan menjadi salah satu nama jalan di kota Lamongan, Jl. Laras Liris.

Sunan Dalem mengutus salah seorang santrinya untuk minta nasihat pada pamannya yang tinggal di daerah selatan keraton Giri, Syeikh Koja atau biasa disebut Syeikh Menganti. Maka atas saran serta nasihat dari Syeikh Koja (Menganti), Sunan Dalem dan sebagian pengikutnya meminta suaka politik ke wilayah Gumeno. Besar kemungkinan saat itu Gumeno adalah sebuah kerajaan kecil yang belum termasuk dalam wilayah Giri.

WARISAN SUNAN DALEM

Ada beberapa warisan yang ditinggalkan Sunan Dalem di Gumeno. Warisan itu ada yang berupa benda fisik, tapi juga ada yang berupa sebuah tradisi dan hingga sekarang masih bisa dijumpai di Gumeno. Tinggalan berupa tradisi yang bisa dijumpai hingga saat ini di masyarakat desa Gumeno adalah tradisi membuat “Kolak Ayam”. Tradisi yang merupakan kekayaan kebudayaan ini bisa dijumpai saat bulan Ramadhan.

Tinggalan lain tentu saja Masjid Sunan Dalem ini. Memang bangunan fisik masjid tua ini sudah banyak mengalami perbaikan dan penyempurnaan. Namun masih ada beberapa benda yang masih asli sejak 478 tahun yang lalu, seperti sebuah kolam tempat bersuci yang ada di depan masjid, Mimbar dan Kentongan. Benda-benda ini masih ada hingga sekarang, sejak 1539 M.

Setelah Sunan Giri ke-II atau Sunan Dalem wafat, maka tampuk kepemimpinan di Keraton Giri dipegang dan digantikan oleh salah satu putra beliau, Sunan Giri ke-III. Sunan Giri ke-3 inilah yang dikemudian hari sering disebut sebagai Sunan Sedo Ing Margi. Makamnya ada di Kecamatan Mantup Lamongan. Sedangkan Sunan Dalem makamnya ada di jajaran sebelah kiri “cungkup” makam Raden Ainul Yaqin alias Sunan Giri Pertama.
Wallahu a’lam bisshowab.

 

* Penulis adalah pemulung data-data sejarah, penulis buku “Jagad Kiai Gresik”

Comments are closed.