Astronot dan Mudik Ruhani

198
915

Ada tiga orang lelaki datang dan sowan ke tempat Syaikhona Kholil Bangkalan. Beliau adalah salah satu ulama besar yang merupakan murid dari Raden Rahmat alias Sunan Ampel. Ketiga orang yang datang ini masing-masing membawa persoalan yang hendak mereka komunikasikan dengan Kiai Kholil Bangkalan.

Orang pertama berkata, “Kiai ! Bisnis saya hancur. Usaha yang selama ini saya geluti berantakan. Saya jatuh dalam kebangkrutan, Kiai. Hutang saya menumpuk. Untuk mengatasi persoalan ini, apa yang harus saya lakukan, Kiai?”
“Perbaikilah Sholatmu” jawab kiai Kholil “sebab ketika kamu memperbaiki shalatmu berarti kamu sedang memperbaiki hubunganmu dengan Allah. Percayalah, Allah akan menjaga bisnismu. Dia akan kembali menata usahamu.”

Giliran orang kedua menyampaikan masalah yang membelitnya, “Kalau saya persoalannya lain lagi kiai. Saya ini punya anak yang nakalnya minta ampun. Dia sangat bandel. Selalu menyusahkan orang tua dan tidak pernah menurut apa yang dikatakan orang tua. Apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi maslaah ini, Kiai?” “Perbaikilah Sholatmu”. Yakinlah ketika kamu memperbaiki komunikasimu dengan Allah, maka Allah akan menolongmu. Dia yang akan menata hidupmu.” Jawab Kiai Kholil pada orang kedua.

“Kalau masalah saya berkenaan dengan istri, Kiai” kata lelaki ketiga “istri saya sungguh membuat seorang suami seperti saya jengkel. Dia sering keluar tanpa ijin dari saya, suaminya. Tingkah lakunya pun sering membuat saya marah. Apa yang harus saya lakukan kiai?”

Sebagaimana pada lelaki pertama dan kedua, KH Kholil Bangkalan menjawab, “Perbaikilah Sholatmu”
Apa yang disampaikan Syaikhona Kholil Bangkalan itu ternyata berdasarkan sebuah hadits shahih yang ada di kitab at-Targhib wa at-Tarhib. Hadits itu menjelaskan bahwa solat yang yang dilaksanakan seorang muslim akan naik dan melapor pada Allah. Sholat akan melaporkan bagaimana ia dilaksanakan. Sehingga jika seseorang meremehkan atau menganggap tidak penting solatnya, dia akan melaporkan hal itu pada Allah, disertai permohon pada Allah agar orang itu juga diremehkan dan dilecehkan dalam kehidupannya. Sebaliknya, jika seseorang mementingkan dan memperbaiki cara solatnya, maka solat akan naik dan melapor pada Allah, “Ya Allah, orang ini mengutamakan sholatnya dibanding aktivitas lainnya. Dia juga memperbaiki dan menjaga syarat, rukun serta apapun yang berkaitan dengan shaat. Ya Allah, aku mohon prioritaskan dia, jaga dan perbaiki hidupnya.”

Memperbaiki Sholat.
Dari kisah di atas dapat kita ambil satu kesimpulan, bahwa memperbaiki sholat adalah solusi untuk segala persoalan hidup yang kita hadapi. Dan ini bersumber dari sebuah hadits shahih. Sholat bisa menjadi solusi untuk masalah keuangan, kesehatan, keluarga dan sebagainya. Bukan pergi ke dukun atau orang pintar. Lalu apa yang harus diperbaiki dalam sholat? Inilah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam masalah memperbaiki dan membaguskan sholat.

Pertama adalah masalah waktu. Tidak sedikit dari kita yang teledor dalam masalah waktu menjalankan sholat. Ketika kita sedang melakukan suatu aktivitas-apapun itu- dan suara muadzin telah memanggil-manggil kita untuk mendirikan sholat, kita tidak langsung mengakhiri aktivitas kita. Masih saja kita lanjutkan aktivitas itu. Kadang kita memang berhenti saat adzan sedang berkumandang, tapi hanya untuk mendengarkan Adzan tersebut sampai selesai. Ketika adzan sudah selesai, kita pun melanjutkan lagi aktivitas yang sebelumnya terhenti.

Menunda-nunda dan mengakhirkan solat adalah salah satu indikasi bahwa kita tidak memprioritaskan sholat atas aktivitas lainnya. Padahal solat adalah berkomunikasi dengan Tuhan, memperbaiki dan memprioritaskan sholat adalah memperbaiki hubungan dengan Tuhan. Oleh karenanya, sebisa mungkin mari kita kerjakan solat di awal waktu. Jangan sampai mengerjakan sholat di waktu paling akhir sebab hal itu sama dengan meremehkan solat.

Salah satu kebaikan yang akan didapatkan oleh mereka yang tepat waktu melaksankan sholat adalah mendapat keberkahan waktu. Melaksanakan sholat di awal waktu akan membuat pelakunya merasa selalu punya waktu yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan lainnya.

Meski secara lahiriyah waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tersita beberapa menit untuk menjalankan solat, namun hakikatnya tidaklah demikian. Allah SWT justru akan memberi keberkahan pada waktu yang kita gunakan untuk menjalankan aktivitas lainnya. Sehingga terasa panjang dan pekerjaan semakin cepat terselesaikan.

Berikutnya adalah Bacaan dalam Sholat. Apa yang kita baca di dalam sholat harus mendapat perhatian yang serius. Jangan sampai asal-asalan, terlebih saat membaca Al-Qur`an serta surah Al Fatihah. Jangan sampai kita membaca al-Qur`an dengan tergesa-gesa. Terlalu cepat sehingga tidak memperhatikan tajwid dan ke-tartilan-nya. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surah Al-Muzammil, ‘Dan bacalah Al-Quran dengan bacaan tartil’.

Membaca Al-Qur`an adalah bercakap-cakap dengan Tuhan. Kalau kita bercakap-cakap dengan seorang pejabat saja kita perlu sopan dan tidak boleh sembarangan, apalagi ini percakapan dengan Tuhan. Seharusnya mendapatkan perhatian lebih.

Gerakan termasuk hal yang perlu diperbaiki dalam Sholat. Jika diteliti, setiap gerakan dalam solat mengandung sebuah rahasia dan hikmah yang luar biasa. Khususnya berkaitan dengan kesehatan pelakunya. Dan semua itu akan kembali pada pelakunya. Oleh karenanya, sangat disayangkan bila kita tidak menaruh perhatian sama sekali pada gerakan solat. Apalagi menjalankan solat dengan gerakan sangat cepat. Sehingga ketenangan (thuma`ninah) tidak diperhatikan sama sekali.

Hati dan Pikiran dalam Sholat. Dalam menjalankan Sholat, suasana hati dan pikiran haruslah fokus. Dengan kata lain sebisa mungkin kita harus bisa khusu` dalam menjalankan solat. Kemudian apakah yang disebut khusu`? apakah untuk khusu` harus lupa tentang apapun yang ada di sekitar atau tidak sadar? Bukan. Khusu` adalah adanya keyakinan dan kesadaran bahwa cepat atau lambat kita akan berjumpa dengan Allah. Orang yang khusu` adalah orang yang sadar dan yakin bahwa dia pasti akan bertemu dengan Tuhannya, dan kepada-Nya jua mereka akan kembali (Al Baqarah: )

Astronot dan Stasiun Pusat
Manusia hidup di dunia ini tidak ubahya seperti seorang astronot yang sedang diorbitkan di suatu wilayah luar angkasa yang madih asing. Agar tidak sampai tersesat atau hilang dia harus terus berkomunikasi dengan stasiun pusat. Agar perjalanannya mulus dan tidak sampai terjadi sesuatu yang diinginkan dia harus selalu menjalin komunikasi dengan stasiun pusat yang mengorbitkannya. Stasiun pusat inilah yang akan menuntun dan mengarahkan perjalanan si astronot itu. Stasiun pusat lebih tahu tentang kondisinya daripada dirinya sendiri. Bila komunikasi dengan stasiun pusat terputus meskipun hanya beberapa saat, maka sebenarnya astronot ini berada dalam keadaan genting.

Begitu juga manusia. Dia harus terus menjalin komunikasi dengan Allah SWT (stasiun pusat yang mengorbitkannya di dunia ini), dan itu dilakukan melalui shalat. Selain sebagai media berkomunikasi dengan Tuhan, sholat adalah sebuah perjalanan mudik ruhani yang dilakukan seorang mukmin. Seharusnya, suasana hati seorang muslim saat menjalankan sholat adalah bahagia. Sebab dia sedang melakukan mudik ke asalnya. Ketika seseorang sudah tidak berkomunikasi lagi dengan Tuhannya, hakikatnya dirinya berada dalam kondisi yang gawat.

Dari uraian itu, dapat kita pahami bahwa sebenarnya apapun akibat yang kita alami, apapun masalah yang sedang kita hadapi hakikatnya bersumber dari ulah dan tindakan kita sendiri. Sebab sebagaimana kata orang bahwa hidup di dunia ini seperti sebuah gaung suara di pegunungan. Life is like an echo. Yang kita teriakan, itulah yang akan kita dengar.

By, Ahmad Rofiq

Comments are closed.